Rabu, 15 Agustus 2007

BENDERA SETENGAH TIANG



62 TAHUN INDONESIA, KOK MASIH BEGINI?

Ada fakta seperti ini: 350 trilyun uang negara berhasil dikorupsi tetapi para koruptor kelas kakap belumlah ditangkap, lebih dari seribuan trilyun utang negara ini, hampir 40 juta rakyat Indonesia berada dalam jurang kemiskinan yang puncak daripadanya diketemukanlah anak-anak Indonesia mengalami busung lapar, lalu kualitas sumber daya manusia Indonesia ternyata berada dalam peringkat paling buncit di Asia Tenggara walaupun beberapa kali pelajar Indonesia berhasil meraih medali emas dalam beberapa olimpiade Internasional yang tragisnya minimnya apresiasi positif penguasa negeri ini.

Tidak berhenti sampai disana, ditengah merosotnya pendapatan rakyat Indonesia, penguasa negeri ini menaikkan harga BBM yang diikuti oleh naiknya harga kebutuhan barang pokok yang semakin mencekik leher, bahkan tidak puas sampai disitu, penguasa rencananya akan menaikkan kembali harga BBM, artinya dalam kurun belum genap satu tahun “berhasil” memaksa rakyatnya untuk mengelus dada tanda gelap nasibnya kelak, disisi lain kebocoran minyak di Pertamina sampai detik ini belumlah terjamah selain konsesi antara pengusaha internasional yang sangat merugikan bagi Indonesia.

Merebaknya pornografi, pornoaksi, narkoba yang ditanggapi sangat biasa oleh penguasa seakan tak diperhatikan. Harus diketahui ternyata salah satu negara pengakses situs porno terbesar didunia adalah:Indonesia, ketika goyang ngebor yang sangat bertentangan dengan nilai ketimuran justru dipuja maka tak heran maka menyusul goyang serupa yang lebih bervariasi dengan tetap mempertontonkan lekuk-lekuk tubuh perempuan, tragisnya artis cilik pun ikut-ikutan, maka tak gelisah kita akan masa depan anak-anak Indonesia?

Kedaulatan Indonesia dianggap remeh, setelah pulau Sipadan-ligitan lepas dari otoritas, Blok Ambalat dipersoalkan, Travel warning beberapa kali diberikan, terus di cap sebagai negara teroris, berungkali dilecehkan, bahkan yang paling mutakhir ketika anggota senat AS mempermasalahkan Papua yang masuk dalam integritas Indonesia.

Semakin tidak dipercaya ketika para anggota DPR dan yang saat ini dipilih “lebih demokatis” dengan dipilh langsung oleh rakyat ternyata tetap memiliki mental “penguasa” ketimbang pemimpin yang betul-betul mewakili dan memperjuangkan secara tulus nasib rakyat dengan meminta kenaikan gaji yang fantastis selain juga meminta untuk kunjungan ke luar negeri berkedok studi banding padahal besar kemungkinan adalah hanya untuk jalan-jalan gratis.

Fakta-fakta diatas sebenarnya permukaan dari permasalahan bernegara saat ini, karena negara ini diisi oleh orang-orang yang benar-benar tidak memiliki rasa nasionalisme, mental yang sangat rapuh, egoisme yang sangat tinggi, sampai pada harga diri yang terkalahkan oleh kuatnya daya megnetnya kekayaan. Orang-orang yang saat ini mengisi dalam struktur pemerintahan adalah orang yang kuat karena ia memiliki kekuasaan, kekayaan, yang dengan kekuasaan dan kekayaan mampu untuk berbuat sesuka hati sehingga yang terjadi tak ada kepuasaan, maka yang terjadi selanjutnya adalah keserakahan, ketidakpedulian, ketidakpekaan, yang pada akhirnya yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin.

Bukan untuk bersimplifikasi tentang akar permasalah dari fakta tadi dengan menyalahkan tunggal orang tanpa menyebut variable lain seperti sistem, tetapi penekanannya disini adalah tentang variable dominant, hal ini bisa diperkuat dengan logika seperti ini: apa sulitnya untuk tidak tunduk pada IMF yang nyata-nyata justru membangkrutkan perekonomian kita dengan memutus hubungan dengannya? kenapa begitu sulitnya menangkap para koruptor khususnya kelas kakap, padahal para koruptor itu tidak memiliki perangkat sistem seperti kepolisian yang jumlahnya puluhan ribu, tentara dengan segenap senjatanya, maka jika memang ada kesungguhan kerahkan segenap perangkat itu untuk mengejar para koruptor kelas kakap, atau misalnya dengan berani melarang tayangan pornografi dan melarang pornoaksi dengan memberikan sanksi yang tegas?

Menjadi sebuah keniscayaan dengan adanya kesungguhan yang kuat untuk memberantas itu semua dan mengembalikan kejayaan bangsa Indonesia maka akan banyak tantangan yang akan dihadapai?Ada resiko yang harus ditanggung,mungkin diteror, penyiksaan, pertaruhkan keluarga, harta atau bahkan nyawa. intinya adalah pengorbanan, maka benar apa yang pernah dikatakan oleh Anwar Ibrahim: Jika anda takut berkorban maka jangan sekali-kali berbicara perjuangan! Pahlawan-pahlawan kita dulu dalam merebut kemerdekaan telah merasakan itu, Baharudin Lopa juga mampu membuat pilihan terbaik dalam kehidupannya, tak ketinggalan Munir mengambil tempat, maka ada karya besar, ada kenangan yang menembus dimensi ruang dan waktu.

Kelemahan terbesar bangsa ini dalam kehidupan bernegara adalah belum cukupnya orang-orang yang baik yang kuat yang mengisi struktur pemerintahan. Bisa jadi orang-orang baik masih di sini, asik beribadah ritual di tempat peribadahannya, padahal negara ini dirampok, dijual, masa depan anak-anaknya suram. Maka tak ada pilihan lain selain orang-orang baik yang kuat harus berhimpun, menyatukan visi kebangsaan, dan setelah itu bekerja, bergerak, langkahkan kaki maju kedepan.

Akhirnya jika orang-orang baik yang kuat masih terserak, belum sadar, masih menganggap yang penting shalih secara pribadi tanpa menularkannya kepada sekeliling, maka bangsa ini tetap bersedih, karena fakta diatas tadi akan terus hadir di kehidupan. Bangsa ini memberi symbol kesedihan, berduka dengan sebuah bendera setengah tiang. Sampai kapan bendera itu untuk bisa satu tiang penuh?Wallahu alam Bishowab.q